Selasa, 22 Mei 2012

Materi Pendidikan ISLAM...


MATERI PENDIDIKAN ISLAM

I.        Pendahuluan
Pendidikan merupakan suatu aspek yang penting di dalam kehidupan setiap individu. Pendidikan bermula sejak seorang itu dilahirkan sampai ajal menjemputnya.. Pendidikan bagi manusia meliputi aspek jasmani, rohani, akal dan sosial. Manusia mendidik anaknya supaya badannya sehat kuat, dan cerdas, rohaninya luhur, dan berbudi pekerti tinggi,  bermasyarakat, dan menyesuaikan diri dalam lingkungannya.
Di antara pendidikan yang paling penting bagi setiap manusia ialah pendidikan agama Islam. Kita selaku pemeluk agama islam mengerti bahwa   pendidikan  yang paling  penting adalah pendidikan agama islam.”Pendidikan Islam adalah pendidikan yang melatih kepekaan para peserta didik sedemikian rupa sehingga sikap hidup dan peri-laku, juga keputusan dan pendekatannya kepada semua jenis pengetahuan dikuasai oleh perasaan mendalam nilai-nilai etik dan spiritual Islam. Mereka dilatih dan mentalnya didisiplinkan, sehingga mereka mencari pengetahuan tidak sekadar untuk memuaskan keingin-tahuan intelektual atau hanya untuk keuntungan dunia material belaka, tetapi juga untuk mengembangkan diri sebagai makhluk rasional dan saleh yang kelak dapat memberikan kesejahteraan fisik, moral dan spiritual bagi keluarga, masyarakat dan umat manusia”.[1]
Dengan dasar semua itu penulis  memiliki keinginan ingin menulis dan membahas mengenai apakah yang dimaksud dengan materi pendidikan islam itu sendiri dan mengenai ruanglingkup kajian pendidikan islam itu sendiri.

II.        Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud  kurikulum materi dalam pendidikan islam?
2.      Bagaimana Prinsip pengembangan kurikulum pendidikan islam ?
3.      Kategori apa sajakah yang ada dalam pengembangan kurikulum pendidikanislam?

III.        Pembahasan
A.     Pengertian kurikulum materi pendidikan islam
Sebelum kita membahas apa itu yang dimaksud dengan kurikulum dalam pendidikan islam alangkah lebih baiknya kita ketahui apa yang dimaksud dengan pendidikan islam itu sendiri. Istilah “Pendidikan Islam” merupakan rangkaian kata yang membawa makna yang sangat luas. Dalam bahasa Inggris pendidikan disebut education. Manakala dalam bahasa Arab pengertian kata pendidikan, sering digunakan pada beberapa istilah, antaranya “ta’lim” ( التعليم ) , tarbiyah ( التربية ( dan ta’dib ) (التاديب . Kata at-ta’lim merujuk kepada pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan, dan keterampilan. Kata at-tarbiyah membawa arti mengasuh, mendidik, dan memelihara. Sementara Kata at-ta’dib dapat diertikan sebagai proses mendidik yang memfokuskan kepada pembinaan dan penyempurnaan akhlak atau budi pekerti pelajar. Pendidikan adalah ‘latihan atau ajaran’. Pendidikan berbeda dengan kefahaman umum masyarakat yang menganggap pendidikan Islam itu ialah Mata Pelajaran Agama Islam atau Pengetahuan Agama Islam di sekolah.
Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik sebuah argument yaitu bahwa pendidikan islam itu terdiri dari suku kata yang melengkapi yaitu pendidikan yang diartikan sebagai sebuah proses yang akan menjadikan suatu perubahan pada tingkah laku atau pribadi manusia, dan sedangkan islam dalam kata tersebut sendiri diartikan sebagai sebuah agama(ajaran). Jika diartikan secara bersama adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan untuk menyempurnakan atau memperbaiki budi pekerti manusia menurut islam, yang berlandaskan syariat islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadis [2].
Kurikulum berasal dari bahasa latin “CURRICULUM” , semula berarti “ a running ourse,specialy a chariot race course” dan terdapat pula dalam bahasa Prancis “Courir” artinya “to run” artinya “berlari.” Secara tradisional kurikulum diartikan sebagai mata pelajaran yang diajarkan di sekolah.
Kurikulum dalam pendidikan Islam dikenal dengan kaa-kata “Manhaj” yang berarti jalan yang terang yang dilalui oleh pendidik bersama anak didiknya untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap mereka.selain itu kurikulum juga dipandang sebagai suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pendidikan.
William B.Ragan ,sebagaimana dikutip S.Nasution,berpandapat bahwa kurikulum meliputi seluruh program dan kehidupan disekolah. S.Nasution menyatakan,ada beberapa penafsiran lain tentang kurikulum. Diantaranya: pertama kurikulum sebagai produk (sebagai hasil pengembangan kurikulum), kedua kurikulum sebagai program (alat yang dilakukan sekolah untuk mencapai tujuan),ketiga, kurikulum sebagai hal-hal yang diharapkan akan dipelajari oleh siswa(sikap,keterampilan tertentu),dan kelima, kurikulum dipandang sebagai pengalaman siswa.
Kurikulum pendidikan Islam adalah bahan-bahan pendidikan Islam berupa kegiatan, pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan sistematis diberikan kepada anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Islam. Atau dengan kata lain kurikulum pendidikan Islam adalah semua aktiviti, pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan secara sistematis diberikan oleh pendidik kepada anak didik dalam rangka tujuan pendidikan Islam.
Berdasarkan keterangan di atas, maka kurikulum pendidikan Islam itu merupakan satu komponen pendidikan agama berupa alat untuk mencapai tujuan. Ini bermakna untuk mencapai tujuan pendidikan agama (pendidikan Islam) diperlukan adanya kurikulum yang sesuai dengan tujuan pendidikan Islam dan bersesuaian pula dengan tingkat usia, tingkat perkembangan kejiwaan anak dan kemampuan pelajar.
Dari pengertian kurikulum diatas,dapt diperoleh gambaran, bahwa pendidikan Islam sebagai pendidikan yang berdsarkan Al-Quran dan As-Sunnah sangat luas jangkauanya.
Ada beberapa pendapat ulam tentang materi yang harus diberikan terhadap anak didik:
1)      Menurut Abu Thawam berpendapat, setelah anak hafal  Al-Quran hendaknya anak tersebut diajarkan menulis,berhitung dan berenang.
2)      A-Ghajali mengemukakan, bahwa anak-anak diajarkan Al-Quran,sejarah kehidupan orang-orang besar,hukum-hukum agama dan sajak-sajak yang tidak menyebut soal cinta serta pelaku-pelakunya.
3)      Al-Jahiz, dalam bukunya” Risalat Al-Mu’allimin” mengatakan bahwa sebaiknya anak-anak kecil tidak disibukan dengan ilmu nahwu semata. Cukup sampai mereka dapat membaca,menulis dan bicara dengan benar. Anak-anak seharusnya diberi pelajaran berhitung, karang mengarang serta keterampilan membaca buah pikiran dari bacaanya.
Pendapat para ulama diatas,dapat dipahami,bahwamateri pendidikan Islam yang paling utama adalah Alquran:baik keterampilan membaca,manghafal,menganalisa dan sekaligus manghafalkan ajaran-ajaran dalam kehidupan sehari-hari.Hal ini dimaksudkan agar ajaran yang terkandung didalam alquran tertanam dalam jiwa anak didik sejak dini.

B.     Prinsip pengembangan kurikulum pendidikan islam
Dalam dunia pendidikan yang selalu menghadapi langsung peserta didik yang tentunya membutuhkan pembaharuan dan pengembangan dalam melaksanakan pendidikan karena terbentur oleh perubahan zaman dan perkembangan peserta didik yang semakin membutuhkan pendidikan dan pengajaran yang lebih relevan terhadap masanya, misalkan saja kurikulum yang dipakai pada tahun 1994 tidak akan cocok jika masih digunakan dalam melaksa proses pendidikan di zaman sekarang. Maka dari itu diperlukanya inovasi dan pengembangan dalam kurikulum, namun dalam pengembangan itu haruslah memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut.
Dalam usaha pengembangan kurikulum, ada beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan,yaitu;
1.      Prinsip  relevansi
Secara umum, relevansi pendidikan dapat diartikan sebagai kesesuaian atau keserasian. Masalah relevansi pendidikan dengan kehidupan dapat ditinjau dari 3segi, yaitu; Relevansipendidikan dalam lingkungan hidup murid. Relevansi dengan perkembangan kehidupan masasekarang dan masa akan datang.
2.      Prinsip efektivitas
Efektivitas dalam suatu kegiatan berkenaan dengan sejauh mana sesuatu yang direncanakan atai diinginkan dapat terlaksana atau tercapai. Didalam bidang pendidikan, efektivitas dapat kita tinjau dari dua segi, yaitu;
 Efektivitas mengajar guru, terutama menyangkut sejauh mana jenis-jenis belajar mengajar yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik.
Efektivitas belajar murid, terutama menyangkut serjauh mana tujuan-tujuan pelajaran yang diinginkan telah dapat dicapai melalui kegiatan belajar mengajar yang
ditempuh.    
3.      Prinsip efisiensi
Efisiensi suatu usaha pada dasarnya merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai (input) dengan usaha yang telah dikeluarkan (output).
Dalam pengembangan kurikulum dan pendidikan pada umumnya , prinsip efisiensi ini perlu sekali diperhatikan, baik efisiensi dalam segi waktu, tenaga, maupun peralatan, yang tentunya akan menghasilkan efisiensi dalam segi biaya.
4.      Prinsip kesinambungan
Yang dimaksud dengan kesinambungan adalah adanya saling hubungan atau jalin-menjalin antara berbagai tingkat dan jenis program pendidikan.
5.      Prisip fleksibelitas
Fleksibelitas yang dimaksud disini ialah tidak kaku, ada semacam ruang gerak yang memberikan ruang gerak yang memberikan sedikit kebebasan didalam bertindak.[3]
Prof.H. M. Arifin M. Ed., mengemukakan bahwa prinsip yang harus diperhatikan pada waktu penyusunan kurikulum mencakup 4 macam, yaitu:
1.      Kurikulum pendidikan yang sejalan dengan idealitas islami ialah kurikulum yang mengandunng materi(ilmu-ilmu pengetahuan yang mampu berfungsi untuk hidup secara islami.
2.      Untuk berfungsi sebagai alat yang efktif mencapai tujuan tersebut, kurikulum harus mengandung tata nilai islami yang instrinsik dan ekstrinsik mampu merealisasikan tujuan pendidikan islam.
3.      Kurikulum yang bercirikan islami diproses melalui metode yang sesuai dengan nilai yang terkandung didalam tujuan pendidikan islam.
4.      Antara kurikulum, metode dan tujuan pendidikan islam harus berkaitan dan saling menjiwai dalam proses mencapai produk yang dicita-citakan menurut ajaran islam.
Menurut pendapat ulama islam, mempelajari ilmu seperti ini (ilmu alat) bukan untuk mencapai tujuan pada dirinya, akan tetapi ia digunakan sebagai media untuk sampai kepada tujuan. Oleh karana itu dikatakan tidak perlu mempelajarinya secara mendalam, sehingga menghabiskan waktu dan menghambat ilmu-ilmu asli,  ilmu-ilmu yang terdapat tujuan dalam hidupnya(ilmu pokok seperti ilmu mengenai ibadah atau syariat). Islam memahami bahwa manusia lebih mudah terpengaruh pada kebahagiaan hidup di dunia dan hal ini dapat membikin manusia melupakan kehidupan akhirat. [4]

C.     Kategori  pengembangan kurikulum pendidikan islam
Kategori jika diartikan secara bahasa dalah artinya sebuah kelompok atau sebuah kumpulan dari beberapa bagian yang saling melengkapi. Jadi kategori dalam kurikulum adalah sebuah kumpulan dari beberapa ilmu yang digunakan untuk membantu dalam pengembangan kurikulum.
Menurut Imam Al-Ghazali bahwasanya beliau menyatakan, ilmu-ilmu pengetahuan yang harus dijadikan bahan kurikulum lembaga pendidikan yaitu:
1.      Ilmu-ilmu yang fardhu’ain yang wajib dipelajari oleh semua orang islam meliputi ilmu-ilmu agama, yakni ilmu yang bersumber dari dalam kitab suci Al-Qur’an.
2.      Ilmu-ilmu yang merupakan fardhu kifayah, terdiri dari ilmu-ilmu yang dapat dimanfaatkan untuk memudahkan urusan hidup duniawi, seperti ilmu hitung (matematika), ilmu kedokteran, ilmu teknik, ilmu penilaian, ilmu perindustrian dan sebagainya.
Dari kedua kategori ilmu tersebut, Al-Ghazali memerinci lagi menjadi:
1.      Ilmu-ilmu Al-Qur’an dan ilmu agama seperti fiqih, hadits dan tafsir.
2.      Ilmu bahasa, seperti nahwu sharaf, makhraj dan lafadz-lafadznya, yang membantu ilmu agama.
3.      Ilmu-ilmu yang fardhu kifayah, terdiri dari berbagai ilmu yang memudahkan urusan kehidupan duniawi seperti ilmu kedokteran, matematika, teknologi (yang beraneka ragam jenisnya), ilmu politik dan lain-lain.
4.      Ilmu kebudayaan, seperti syair, sejarah, dan beberapa cabang filsafat.[5]

IV.        Simpulan
Tidak lepas dari tujuan umum dalam pendidikan islam, bahwa kurikulum pendidikan islam juga sangat berperan dalam mendidik para generasi muda pada khususnya dalam keagamaan dan akhlak mulia, agar terbentuk para generasi muda yang tidak hanya punya intelektual yang tinggi tetapi tidak bermoral.
Sementara pada zaman modern ini kurikulum pendidikan islam telah berkembang untuk membentuk manusia yang sehat dan kuat jasmaninya dan mementingkan kecerdasan otak, berkembang menjadi sejumlah pengalaman pendidikan, yang difasilitasi oleh berbagai lembaga pendidikan dengan tujuan mendorong perkembanggan secara menyeluruh dalam segala bidang yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari atau dahari akhir nanti  maka dari itu ada beberapa prinsip dan kategori yang diperlukan dalam melakukan pengembangan kurikulum agar kurikulum itu mampu membawa para peserta didik yang mampu bersaing di masa mendatang dalam urusan dunia dan juga tidak meninggalkan urusan akhiratnya.

Daftar Pustaka
Abd. Rahman Saleh, Didaktik Pendidikan Agama, Bulan Bintang, Jakarta, 1973.
Arief,Armai,Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan  Islam ,Jakarta,Ciputat pers,2002.
Nana Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung
http://www5.shoutmix.com/?estetikajonyo">View shoutbox.
http://www.wordpress.com/2011/09/24/makalah-konsep-kurikulum-pendidikan -islam –pengembangan.



[1] Abd. Rahman Saleh, Didaktik Pendidikan Agama, Bulan Bintang, Jakarta, 1973. Hal 63

[3] Arief,Armai,Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam,Jakarta,Ciputat pers,2002,hal.30
[4] Nana Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.hal.153

[5] http://www5.shoutmix.com/?estetikajonyo">View shoutbox. Di unduh pada 12 maret 2012

Sabtu, 19 Mei 2012

Filsafat Pendidikan ISLAM.......



FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Oleh: Zuhairini

 Title Filsafat pendidikan Islam / Zuhairini
Edition cet. 3
ISBN/ISSN 979-526-084-7
Author(s) Zuhairini
Subject(s) Pendidikan Agama Islam
Publisher Bumi Aksara
Publishing Year 2004
Publishing Place Jakarta
Collation 208 hlm. p.; 20 cm. cm.

RESUME  BAB VIII & IX

BAB VIII
Filsafat Islam dan Pendidikan
Islam datang dengan membawa Al-Qur’an sebagai  sumber dan dasarnya. Al-Qur’an juga disebut sebagai Al-Hakim, dan ini berarti bahwa Al-Qur’an adalah merupakan sumber dan perwujudan al hikmah atau filsafat dalam Islam. Al-Qur’an juga menegaskan bahwa usaha mencari al hikmah (berfilsafat) itu hanya mungkin dikerjakan oleh orang yang berakal. Berdasarkan firman Allah SWT pada Q.S. Al-Baqarah:269.
Dengan demikian jelas bahwa usaha mencari al hikmah, menurut ajaran Islam, hanya mungkin dikerjakan dengan menggunakan akal pikiran.

1.        SISTEM FILSAFAT DALAM ISLAM

Di antara ciri khusus sistem filsafat dalam Islam, adalah penggunaan Al-Qur’an sebagai sumber filsafat dan pembimbing bagi kegiatan berfilsafat. Semua sistem kefilsafatan, yang menjadi pokok pengkajian dengan melalui pemikiran yang mendalam, teliti dan bebas selalu berkisar pada masalah, yaitu Ontologi, Epistemologi, dan Axiologi.
Tumbuh dan berkembangnya alam pikiran falsafati dalam dunia Islam, disebabkan karena beberapa faktor, antara lain diungkapkan oleh M.M.Syarif dalam “MuslimThought, Its Origin and Achievement”, sebagai berikut:
1      Sumber Islam yang asli dan murni, yaitu berupa ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis-hadis Nabi SAW.
2      Bersumber dari budaya dan pemikiran bangsa-bangsa yang kemudian masuk Islam.
3      Bahan terjemahan dari bahasa asing.
Dalam garis besarnya bentuk dan sistem filsafat yang berkembang dalam dunia Islam, sebagaimana diringkaskan oleh Ahmad Fuad al-Ahwany dalam “Al-Falsafah al-Islamiyah” adalah (1) pemikiran-pemikiran falsafati dalam Ilmu Kalam, (2) pemikiran-pemikiran falsafati dalam Tasawwuf, (3) pemikiran-pemikiran falsafati dalam Fiqh dan (4) pemikiran-pemikiran falsafati dalam ilmu pengetahuan.
Ilmu Kalam, walaupun pada awal perkembangannya obyeknya adalah berkisar pada pertanyaan apakah “kalam Allah” (Al-Qur’an) itu qadim atau hadis, tetapi kemudian berkembang menjadi pembahasan tentang Allah dengan sifat-sifat-Nya.
Ahli-ahli Ilmu Kalam, terbagi menjadi dua aliran besar, yaitu aliran Mu’tazilah, yang disebut juga sebagai ahli akal (rationalism) dan aliran Asy’ariyah, yang disebut juga sebagai ahli naql (scholasticism). Aliran Mu’tazilah berpendapat bahwa wahyu dan akal sama-sama merupakan ma’rifat (pengetahuan) oleh karena itu tidak ada pertentangan antara pengetahuan yang diperoleh dengan akal dan pengetahuan berdasarkan wahyu. Sedangkan aliran Asy’ariyah berpendapat bahwa sumber pokok pengetahuan adalah wahyu, dan akal hanya sebagai alat untuk memaklumi atau mengetahui semata-mata.
Pemikiran filsafati dalam Tasawwuf Islam
Tasawwuf atau sufisme adalah sebutan bagi mysticisme yang berkembang dalam dunia Islam. Intisari sufisme atau mysticisme adalah kasadaran akan adanya komunikasi dan dialog antara roh manusia dengan Tuhan dengan cara mengasingkan diri dan berkompletansi
M.M.Syarif dalam “Muslilm Thought” membagi para sufi itu menjadi dua golongan: (1) golongan yang berkepercayaan kepada  “keesaan Allah” dan bahwa Allah itu adalah Khalik (Pencipta) dari alam semesta, dan (2) golongan yang berpendapat bahwa ada kesatuan wujud antara Tuhan dan alam (pantheism).
Pada umumnya ajaran Tasawwuf berdasar pada pandangan filsafat bahwa alam adalah merupakan pancaran Tuhan dan puncak pancaran tersebut adalah manusia (filsafat emanasi).
Pemikiran falsafati di kalangan fuqaha
Pada umumnya para pengulas filsafat Islam, menyatakan bahwa fiqh dengan sistem ijtihadnya yang disebut ushul fiqh merupakan bentuk awal dari filsafat Isalam yang murni.
Fiqh, yang pada arti dasarnya paham, memahami, yaitu memahami hukum syariat, berkembang pengertiannya menjadi pemikiran-pemikiran yang bercorak filsafat.
Pada garis besarnya ahli-ahli fiqh dalam Islam, dapat dikelomppokkan menjadi dua golongan dengan sistem ijtihad yang menunjukkan variasi. Golongan pertama disebut golongan ahlu al hadist, yang dalam menghadapi masalah fiqh berpegang teguh pada hadis-hadis dan Sunnah Nabi. Golongan kedua disebut ahlu al ra’yu, dalam menghadapi masalah fiqh berpegang teguh pada hasil pemikiran dan pemahaman serta perenungan yang mendalam terhadap hakikat dan ruh al syari’ah.
Pemikiran falsafati dalam pengembangan ilmu pengetahuan
Dalam segi metodologi ilmiah ternyata bahwa ahli-ahli ilmu pengetahuan dan filosof  dari kalangan kaum muslimin, adalah merupakan perintis-perintisnya. Pola berpikir rasional dalam dunia ilmu pengetahuan, berasal dari filosof filisof Islam. Demikian pula metode empiris bahkan eksperimental pun sudah dikenal dan dikembangkan di masa jayanya perkembangan Islam.

2.        PENDIDIKAN DAN FILSAFAT ISLAM

Pendidikan adalah urusan manusia (dalam arti manusia dewasa) untuk memanusiakan (manusia yang belum dewasa) manusia (dewasa). Pengertian dewasa bisa diartikan sebagai mampu melaksanakan fungsi dan tugas hidupnya secara bertanggung jawab.
Dalam Al-Qur’an, ditegaskan bahwaAllah adalah Rabbal ‘alamin dan juga Rabbal nas artinya bahwa Allah adalah pendidik bagi semesta alam dan juga pendidik bagi manusia.
Dalam pandangan filsafat Islam, bahwa pada hakikatnya manusia adalah “Khalifah Allah di alam semesta ini”.
Allah juga menegaskan bahwa sewaktu melantik manusia menjadi khalifah di alam, Allah memperlengkapi manusia menjadi dua kelengkapan, yaitu (1) ditanamkan oleh Allah (diajarkan) dalam diri manusia al asma’, (2) diberi petunjuk (hidayah, bimbingan) oleh Allah dalam menempuh kehidupan (melaksanakan tugas kekhalifahan) di alam. Di antara tugas kekhalifahan adalah mengembangkan potensi pembawaan tersebut di alam dalam kehidupan nyata.
Jadi pendidikan dalam filsafat Islam berarti mengembangkan potensi manusiawi menurut/di bawah pengaruh hukum-hukum Allah, baik Al-Qur’an maupun Sunnatullah.

3.        FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Pendidikan merupakan urusan hidup dan kehidupan manusia dan merupakan tanggung jawab manusia sendiri. Menurut konsep pendidikan dalam Islam (tarbiyah Islamiyah) bahwa pada hakikatnya manusia mempunyai potensi untuk memahami, menyadari dan kemudian merencanakan pemecahan problema hidup dan kehidupannya.
Filsafat Pendidikan Islam dapat diartikan sebagai studi tentang pandangan filosofis dari sistem dan aliran filsafat dalam Islam terhadap masalah-masalah kependidikan dan bagaimana pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan manusia Muslim dan umat Islam. Jadi, filsafat pendidikan Islam bersifat tradisional dan kritis. Filsafat tradisional adalah filsafat sebagaimana adanya, sistematika, jenis serta alirannya sebagaimana dijumpai dalam sejarah. Lain halnya dengan filsafat kritis, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dapat disusun dan dilepaskan dari ikatan waktu (historis) dan usaha mencari jawab yang diperlukan dapat memobililsasikan berbagai aliran yang ada, dan dicari dari masing-masing aliran, diambilnya dari jenis masalah yang bersangkutan dengan aliran yang bersangkutan.


BAB IX
Metode dan Peranan
Filsafat Pendidikan Islam
Dalam dunia Islam, filsafat menimbulkan pada garis besarnya dua sistem filsafat (mazhab dalam filsafat), yaitu (1) mazhab tradisional yang dalam sistem filsafatnya – ijtihadnya – berpegang teguh pada nash-nash Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, (2) mazhab rasional yang banyak menggunakan akal dalam filsafatnya – ijtihadnya.
1)      METODE FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Filsafat Islam dalam memecahkan problema pendidikan Islam (problema pendidikan yang dihadapi umat Islam) dapat menggunakan metode-metode antara lain:
a)      Metode spekulatif dan kontemplatif yang merupakan metode utama dalam setiap cabang filsafat. Dalam sistem filsafat Islam disebut tafakkur.
b)      Pendekatan normatif, dimaksudkan adalah mencari dan menetapkan aturan-aturan dalam kehidupan nyata, dalam filsafat Islam bisa disebut sebagai pendekatan syar’iyah.
c)      Analisa konsep yang juga sebagai analisa bahasa. Konsep seseorang tentang sesuatu obyek berbeda antara satu dengan yang lainnya, dan konsep inipun dibatasi oleh waktu dan tempat.
d)     Pendekatan historis; suatu kejadian atau peristiwa dalam pandangan kesejarahan terjadi dalam suatu setting situasi kondisi dan waktunya sendiri-sendiri.
e)      Pendekatan ilmiah terhadap masalah aktual, yang pada hakikatnya merupakan pengembangan dan penyempurnaan dari pola-pola berpikir rasional, empiris dan eksperimental yang telah berkembang pada masa jayanya filsafat dalam Islam.
f)       Dalam sistem filsafat Islam, pernah pula berkembang pendekatan yang sifatnya komprehensif dan terpadu, antara sumber-sumber naqli, akli dan imani.
2)      PERANAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Secara praktis (dalam praktiknya), filsafat pendidikan Islam banyak berperan dalam memberikan alternatif-alternatif pemecahan berbagai problem yang dihadapi oleh pendidikan Islam, dan memberikan pengarahan terhadap perkembangan pendidikan Islam.
a)      Filsafat pendidikan Islam, menunjukkan problema yang dihadapi  oleh pendidikan Islam, sebagai hasil dari pemikiran yang mendalam, dan berusaha untuk memahami duduk masalahnya.
b)      Filsafat pendidikan Islam, memberikan pandangan tertentu tentang manusia (menurut Islam).
c)      Filsafat pendidikan Islam dengan analisisnya terhadap hakikat hidup dan kehidupan manusia, berkesimpulan bahwa manusia mempunyai potensi pembawaan yang harus ditumbuhkan dan diperkembangkan.
d)     Filsafat pendidikan Islam, dalam analisisnya terhadap masalah-masalah pendidikan Islam masa kini yang dihadapinya, akan dapat memberikan informasi apakah proses pendidikan Islam yang berjalan selama ini mampu mencapai pendidikan Islam yang ideal, atau tidak.

PENELITIAN ETNOGRAFI


PENELITIAN PENDIDIKAN BERDASARKAN
PENDEKATAN ETNOGRAFI

A.  PENDAHULUAN
      Perdebatan penggunaan metode yang melibatkan penelitian kualitatif dan kuantitatif sudah terjadi sejak lama. Perdebatan itu sendiri setidaknya dimulai pada pertengahan abad  ke – 19, sedangkan penelitian dengan paradigma kualitatif mulai berkembang sejak tahun 1960-an. Dalam paradigma penelitian kualitatif dikenal metode penelitian etnografi. Secara sederhana, etnografi merupakan tulisan tentang etnis tertentu yang biasanya ditulis oleh seorang antropolog. Tulisan etnografi bukan semata-mata menjadi sebagai sebuah tulisan yang lahir begitu saja sebagaimana yang ditampilkan oleh para jurnalis dan hanya berbnetuk sebuah features. Tetapi lebih dari pada itu, seorang etnografer akan memerlukan waktu yang cukup lama, bisa berbulan-bulan bahkan tahunan, yang dikaji melalui sebuah penelitian lapangan dalam membuat sebuah tulisan[1].

B.  RUMUSAN MASALAH
1.     Apakah pengertian penelitian etnografi?
2.     Apa sajakah karakteristik penelitian etnografi?
3.    Apa sajakah prosedur penelitian etnografi?

C.  PEMBAHASAN
1. Pengertian Penelitian Etnografi
              Penelitian etnografi adalah termasuk salah satu pendekatan dari penelitian kualitatif. Penelitian etnografi pernah dilakukan oleh peneliti bernama Jonathan Kozol, dalam rangka melukiskan perjuangan dan impian para warga kulit hitam dalam komunitas yang miskin dan terpinggirkan di daerah Bronx, New York. Penelitian kualitatif dengan pendekatan ini kemudian banyak diterapkan dalam meneliti lingkungan pendidikan atau sekolah.          
              Menurut Miles & Hubberman seperti yang dikutip oleh Lodico, Spaulding & Voegtle, Etnografi berasal dari bahasa Yunani ethos dan graphos. Yang berarti tulisan mengenai kelompok budaya. Sedangkan menurut Frey et al, etnografi digunakan untuk meneliti perilaku manusia dalam lingkungan spesifik alamiah. Etnografer berusaha menangkap sepenuh mungkin dan berdasarkan perspektif orang yang diteliti, cara orang menggunakan simbol dalam konteks spesifik. Etnografi sering dikaitkan dengan hidup secara intim dan untuk waktu yang lama suatu komunitas pribumi yang diteliti yang dikuasai peneliti[2].
Jadi suatu penelitian etnografi adalah penelitian kualitatif  yang melakukan studi terhadap kehidupan suatu kelompok masyarakat secara alami untuk mempelajari dan menggambarkan pola budaya satu kelompok tertentu dalam hal kepercayaan, bahasa, dan pandangan yang dianut bersama dalam kelompok itu. Tujuan utama penelitian ini adalah memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli, hubungannya dengan kehidupan untuk mendapatkan pandangan mengenai hidupnya.[3]

2. Karakteristik Penelitian Etnografi
              Dalam menjalankan penelitiannya seorang etnografer harus membangun hubungan yang dekat dengan partisipan dari objek komunitas penelitiannya. Seperti contoh etnografer Jonathan Kozol, untuk meneliti komunitas kulit hitam di Bronx, dia juga ikut tinggal di sana selama beberapa bulan untuk bisa menyelami kehidupan mereka. Mereka pun mulai percaya pada Kozol dan mau berbagi mengenai perasaan terdalam mereka dan pandangan mereka tentang kemiskinan dan perbedaan warna kulit .
              Penelitian etnografi meneliti suatu proses dan hasil akhir. Akhir dari penelitian adalah membuat tulisan yang kaya akan gambaran detail dan mendalam mengenai objek penelitan (thick description). Sebagai penelitian suatu proses, seorang etnografer melakukan participant observation, di mana seorang peneliti melakukan eksplorasi terhadap kegiatan hidup sehari-hari dari objek kelompoknya, melakukan pengamatan dan mewawancarai anggota kelompok dan terlibat di dalamnya. Participant obeservation juga berarti bahwa peneliti ikut terlibat dan ikut berperan dalam pengamatan. Untuk keperluan penelitian ini seorang etnografer memelukan seorang key informant atau gatekeeper yang bisa membantu menjelaskan dan masuk ke dalam kelompok tersebut. Selain itu seorang etnografer harus mempunyai sensitivitas tinggi terhadap partisipan yang sedang ditelitinya, karena bisa jadi peneliti belum familiar terhadap karakteristik mereka.
Berikut ini aspek atau karakteristik etnografi yang dirangkum dari Wolcott dan Gay, Mills dan Airasian[4] adalah sebagai berikut:
  • Berlatar alami bukan eksperimen di laboratorium
  • Peneliti meneliti tema-tema budaya tentang peran dan kehidupan sehari-hari seseorang
  • Interaksi yang dekat dan tatap muka dengan partisipan
  • Mengambil data utama dari pengalaman di lapangan
  • Menggunakan berbagai metode pengumpulan data seperti wawancara, pengamatan, dokumen, artifak dan material visual.
  • Peneliti menggunakan deskripsi dan detail tingkat tinggi
  • Peneliti menyajikan ceritanya secara informal seperti seorang pendongeng
  • Menekankan untuk mengekplorasi fenomena sosial bukan untuk menguji hipotesis.
  • Format keseluruhannya adalah deskriptif, analisis dan interpretasi
  • Artikel diakhir dengan sebuah pertanyaan.

3. Prosedur Penelitian Etnografi
Menurut Creswell, secara umum prosedur penelitian etnografi adalah sebagai berikut:
  • Menentukan apakah masalah penelitian ini adalah paling cocok didekati dengan studi etnogafi. Seperti telah kita bahas di atas bahwa etnografi menggambarkan suatu kelompok budaya dengan mengekloprasi kepercayaan, bahasa dan  perilaku (etnografi realis); atau juga mengkritisi isu-isu mengenai kekuasaan, perlawanan dan dominansi (etnografi kritis).
  • Mengidentifikasi dan menentukan lokasi dari kelompok budaya yang akan diteliti. Kelompok sebaiknya gabungan orang-orang yang telah bersama dalam waktu yang panjang karena disini yang akan diteliti adalah pola perilaku, pikiran dan kepercayaan yang dianut secara bersama.
  • Pilihlah tema kultural atau isu yang yang akan dipelajari dari suatu kelompok. Hal ini melibatkan analisis dari kelompok budaya.
  • Tentukan tipe etnografi yang cocok digunakan untuk memlajari konsep budaya tersebut. Apakah etnografi realis ataukah etnografi kritis.
  • Kumpulkan informasi dari lapangan mengenai kehidupan kelompok tersebut. Data yang dikumpulkan bisa berupa pengamatan, pengukuran, survei, wawancara, analisa konten, audiovisual, pemetaan dan penelitian jaringan. Setelah data terkumpul data tersebut dipilah-pilah dan dianalisa.
  • Yang terahir tentunya tulisan tentang gambaran atau potret menyeluruh dari kelompok budaya tersebut baik dari sudut pandang partisipan maupun dari sudut pandang peneliti itu sendiri.
Penelitian ini berusaha memaparkan kisah kehidupan keseharian orang-orang dalam kerangka menjelaskan fenomena budaya, mereka menjadi bagian integral, lainnya. Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan untuk mengembangkan teori perilaku cultural. Dalam penelitian etnografi peneliti secara actual hidup atau menjadi dari setting budaya dalam tatanan untuk mengumpulkan data secara sistematis. Melalui penelitian ini perbedaan-perbedaan budaya dijelaskan untuk menambahpemahaman atas dampak budaya pada perilaku kesehatan manusia.[5]

D.  KESIMPULAN
ü  Penelitian etnografi adalah penelitian kualitatif yang melakukan studi terhadap kehidupan suatu kelompok masyarakat secara alami untuk mempelajari dan menggambarkan pola budaya satu kelompok tertentu dalam hal kepercayaan, bahasa, dan pandangan yang dianut bersama dalam kelompok itu.
ü  Ada beberapa  aspek atau karakteristik penelitian etnografi yang dirangkum dari Wolcott dan Gay, Mills dan Airasian dalam menjalankan penelitian etnografi.
ü  Menurut Creswell, secara umum prosedur penelitian etnografi ada beberapa hal.

           
E.  PENUTUP
Demikian makalah ini kami buat, apabila ada kesalahan dalam penulisan maupun dalam penyajian makalah, kami mohon ma’af. Kritik dan saran kami butuhkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfa’at dan menambah wacana bagi kita semua dalam mempelajari Metodologi Penelitian Kualitatif dalam pokok pembahasan Penelitian Pendidikan Berdasarkan Pendekatan Etnografi. Amien.

F.   DAFTAR PUSTAKA
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006.
Djam’an Satori & Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif , Bandung: Alfabeta, 2009.
James P. Spradley, Metode Etnografi, Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 1997.
Mukhamad Saekan, Metodologi Penelitian Kualitatif, Kudus: Nora Media Enterprise, 2010.




[1] www.scribd.com/doc/28792023/Resume-Etnografi
[2] Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006, hlm.162.
[3] James P. Spradley, Metode Etnografi, Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 1997, hlm.03.
[4] Djam’an Satori & Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif , Bandung: Alfabeta, 2009,  hlm. 35.

[5] Mukhamad Saekan, Metodologi Penelitian Kualitatif,  Kudus: Nora Media Enterprise, 2010,  hlm.69.